WASHINGTON, -- Jangan sepelekan kemampuan China untuk meretas, termasuk sistem komputer Gedung Putih. Para peretas terkait pemerintah China itu berhasil membobol jaringan komputer Gedung Putih berisikan informasi sensitif.
Komentar dari pemerintah China tidak berhasil didapatkan. Demikian berita di sebuah situs milik kelompok sayap kanan AS, The Washington Free Beacon, Minggu (30/9/2012).
Situs ini biasanya disepelekan publik terutama kalangan profesional. Akan tetapi berita peretasan situs Gedung Putih muncul pertama kali di situs ini dan membuat pejabat Gedung Putih terpaksa memberikan pernyataan pada hari Senin (1/10/2012), sebagaimana diberitakan kantor berita Agence France Presse (AFP).
Menurut situs tersebut, peretas China membobol jaringan Gedung Putih yang dipakai untuk sistem komando senjata nuklir. Situs tersebut mengutip para pejabat pertahanan dan intelijen AS yang paham dengan kejadian tersebut.
Seorang pejabat AS mengatakan, peretasan pada situs AS itu adalah salah satu yang paling gencar dilakukan China. Ini juga menggambarkan kegagalan pemerintahan Presiden Barack Obama untuk menekan China, yang konstan menyerang situs-situs di AS.
Berita peretasan ini muncul bersamaan dengan ketegangan di Asia, saat Jepang dan China berseteru soal sengketa Kepulauan Senkaku atau dinamakan Kepulauan Diaoyu oleh China. Terkait ketegangan ini, AS sudah mengerahkan armada pembawa kapal tempur dan unit ampibi Marinir ke perairan di Senkaku.
Peretasan situs Gedung Putih itu diberitakan telah terjadi pada awal September 2012. Identitas peretas tidak diketahui, tetapi diyakini menggunakan server komputer di China, yang menyerang sistem jaringan White House Military Office (WHMO). WHMO ini bertugas menangani sistem komunikasi yang tegolong sensitif, termasuk menangani sistem komando strategi senjata nuklir.
WHMO juga mengatur informasi tentang komunikasi dan perjalanan serta keberadaan seorang Presiden AS. Informasi soal telekonferensi antar-pemerintahan dan percakapan para pejabat senior dan intelijen juga ditangani WHMO.
Seorang pejabat dari penasihat keamanan Obama mengungkapkan, peretasan itu dilakukan melalui pengiriman email yang dibuka salah satu pengelola sistem WHMO. Jika email dibuka dan kode-kode pada email itu dibuka, otomatis hal itu membuat peretas berhasil membobol sistem.
Pihak Gedung Putih menyepelekan aksi peretasan itu. Namun situs The Washington Free Beacon mengatakan, para pejabat bidang keamanan sedang menyelidiki peretasan dan belum bisa memastikan apakah ada data-data yang dibobol.
Para pejabat AS mengatakan aksi peretasan itu kemungkinan dilakukan oleh orang-orang yang berada di bawah unit bernama Departemen ke-4 Staf Umum Tentara Pembebasan Rakyat China (4th Department of General Staff of the People's Liberation Army) atau 4PLA.
Menurut seorang mantan pejabat AS, rahasia-rahasia di dalam WHMO itu termasuk data yang disebut "nuclear football". Ini antara lain berisi komando soal senjata nuklir dan sistem kontrol, yang dipakai Presiden AS untuk berkomunikasi dengan para komandan lapangan kekuatan nuklir. Sistem ini mengelola perintah-perintah peluncuran rudal nuklir atau bom-bom nuklir.
WHMO juga termasuk menangani komunikasi sensitif dalam situasi krisis perang.
Mantan pejabat AS menyebutkan, jika China berhasil membobol sistem itu, maka China akan dapat menggunakan sistem tersebut untuk mencegat percakapan penting para petinggi AS, mendapatkan lokasi atau keberadaan Presiden untuk diserang. China juga akan bisa mengganggu sistem komando oleh Presiden AS dalam konteks komunikasi dengan kekuatan militer AS, baik yang berada di dalam negeri dan di seberang.
Mantan peneliti soal ancaman siber di McAffee, Dmitri Alperovitch menyatakan belum tahu soal isu peretasan itu. "Saya bisa mengatakan pada Anda bahwa China sangat angresif menginfiltrasi jaringan pemerintah dan swasta AS," katanya.
Pekan lalu seorang pejabat intelijen AS kepada kantor berita Reuters mengatakan, aksi peretasan oleh China terhadap Pentagon merupakan masalah konstan.
Posted by 03:22 and have
0
comments
, Published at
No comments:
Post a Comment